Langsung ke konten utama

Meninggal Dunia, 5 Film Terbaik Haruma Miura Wajib Tonton

 

Meninggal Dunia, 5 Film Terbaik Haruma Miura Wajib Tonton

Berita duka tengah menyelimutinya jagat hiburan. ArtisJepang terkenal, Wangia Miura wafat di rumah tinggalnya teritori Minato Ward, Tokyo pada Sabtu (18/7/2020).

Mencuplik Koreaboo, NTV News24 Jepang memberikan laporan Wangia Miura diketemukan menggantung diri di tempat tinggalnya sekitaran jam 13.00 JST atau 11.00 WIB. Diperhitungkan bunuh diri, masih belumlah diketahui tentu pemicu kematian bintang film Attack On Titan ini sampai sekarang ini.

Wangia Miura sukses mendapatkan tiga penghargaan sepanjang profesinya. Salah satunya, Juara Mainichi Film Concours tahun 2009 dalam film Naoko, Nominasi Award of the Japanese Academy tahun 2015 dalam Best Supporting Actor Eien no 0, dan juara Seoul International Sinetron Awards tahun 2019 dalam Asia Star Award.


1. Attack on Titan

Attack on Titan


Film ini bercerita mengenai Eren Jaeger yang dimainkan oleh Wangia Miura. Eren harus memakai kemampuan spesialnya untuk bertanding bersama militer untuk menaklukkan ras titan.


Film yang diadaptasi dari Anime terkenal disutradarai oleh Shinji Higuchi. Mendapatkan peringkat 5,1 imdb, film ini datang berbentuk sekuel yang bersambung di Attack on Titan 2.


2. Catch A Wave

Catch A Wave


Wangia Miura pertama kalinya jadi aktor khusus di profesinya melalui film Catch A Wave. Di sini Wangia emerankan Taiyo Sasaki, dan bersaing akting dengan Rosa Kato, Ryo Kimura, dan Gaku Hamada.


Menceritakan mengenai siswa SMA yang melawan peselancar legendaris di Pantai Shanon. Film yang disutradarai oleh Nobuyuki Takahashi ini mendapatkan peringkat 5,9 imdb.


3. Koizora (Sky of Love)

Koizora (Sky of Love)


Memainkan Hiro Sakurai, Wangia Miura bermain dengan Yui Aragaki dalam film Koizora.


Film ini bercerita mengenai cerita Mika, seorang gadis SMA yang coba mengontak anak lelaki misteri. Dalam perjalanannya, Mika kaget karena rupanya lelaki itu ialah Hiro.


Film yang mendapatkan peringkat 7,0 imdb ini disutradarai oleh Natsuki Imai.


4. Naoko

Naoko


Wangia Miura sukses mendapatkan penghargaan sebagai juara Sponichi Grand Prize New Talenta Award karena aktingnya yang berkilau di film ini.


Wangia Miura memainkan Yusuke Iki dalam film garapan Tomoyuki Furumaya. Film ini bercerita mengenai cerita Naoko dan Yusuke yang terima penyembuhan pada tempat khusus.


5. Little Nights, Little Love

Little Nights, Little Love


Film yang paling baru dari Wangia Miura ialah Little Nights, Little Love. Wangia Miura memainkan Sato, bersama Mikako Tabe dan Yuma Yamoto. Film ini diadaptasi dari novel terkenal dengan judul yang serupa.


Film ini bercerita Judi Slot Online Maha168 mengenai Sato, lelaki berusia 27 tahun yang mencari pasangan hidup yang dapat memberinya semangat untuk kehidupan cintanya.


Itu 5 kreasi terbaik Wangia Miura yang dapat kamu saksikan kembali. Karyamu akan teringat Wangia Miura.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terkenal di Zaman 1970, Film Badai Tentu Berakhir Sekarang Jadi Film sinetron, Pemainnya Stefan William

Terkenal di Zaman 1970, Film Badai Tentu Berakhir Sekarang Jadi Film sinetron, Pemainnya Stefan William Film legendaris di zaman 1970an yang dengan judul 'Badai Tentu Berakhir' dibikin dalam versus sinetronnya di tahun ini. Stefan William, Michelle Ziudith dan Caesar Hito berpeluang menjadi bintang film sinetron itu. Dalam film sinetron itu, Michelle memainkan figur Siska yang dalam versus filmnya dimainkan oleh Christine Hakim. Di sini saya jadi Siska, watak Siska yang Judi Online saya peranin ia tuch benar-benar yang wanita sekali dan keibuan," kata Michelle Ziudith dalam temu jurnalis virtual, Rabu (19/5/2021). Hingga kemudian mendapati cerita cintanya di Labuan Bajo. Tatap muka Siska dengan Helmi dan Leo betul-betul buat Siska berbeda," terangnya. Sementara untuk watak Leo dalam versus film sinetron dimainkan oleh Stefan William dan untuk watak Helmi dimainkan oleh Caesar Hito. Di film sinetron Badai Tentu berakhir saya jadi dokter namanya Leo, ia dapat disebut p

Film Tjoet Nya' Dhien Tampil Kembali di Peristiwa Hari Kebangunan Nasional

Film Tjoet Nya' Dhien Tampil Kembali di Peristiwa Hari Kebangunan Nasional Film Tjoet Nya' Dhien akan balik tampil di bioskop di tengah-tengah kelangkaan supply film nasional ke bioskop. Salah satunya film legendaris Indonesia yang sudah alami proses restorasi ini akan kembali diputar di beberapa bioskop di Tanah Air bersamaan dengan Hari Kebangunan Nasional pada 20 Mei esok. Kejelasan masalah penyiaran kembali film yang sempat menyikat delapan Piala Citra itu diutarakan aktris sekalian aktor khusus Tjoet Nya' Dhien, Christine Hakim. Menurut dia, film yang disebarkan pada 1988 itu telah alami restorasi lengkap di Belanda. Pola pita seluloid sudah ditransformasi ke DCP (Digital Cinema Package) hingga gambar lebih kinclong dan detil warna makin tajam. Durasi waktu yang awalnya 130 menit dipotong jadi 106 menit karena beragam pemikiran tehnis. Menurut artis kelahiran Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember 1956 itu, ada banyak background kenapa Tjoet Nya' Dhien disiarkan kembali

Film Indonesia Terbagus Sepanjang Masa

Film Indonesia Terbagus Sepanjang Masa Libur akhir pekan di masa pandemi covid-19 ini, memang lebih baik di rumah saja demi mencegah penularan virus. Tetapi tanpa keluar rumah, seringkali kita dipusingkan dengan pilihan kegiatan yang harus dilakukan guna ‘membunuh’ waktu. Kalau masih bingung, menonton film bisa jadi pilihan yang paling tepat. Buat First People yang suka streaming film internasional di Netflix, kita kadang lupa kalau Netflix juga menyediakan film-film dalam negeri yang gak kalah keren dan seru. Nah, berikut ini ada beberapa rekomendasi film Indonesia terbaik yang bisa kamu tonton di Netflix: Filosofi Kopi (2015) Diangkat dari cerita pendek karya Dee Lestari, Filosofi Kopi mejaqq mengangkat kisah pahit-manisnya hidup yang tertuang dalam bentuk filosofi melalui secangkir kopi. Bukan hanya diajak memasuki alur cerita, film ini juga membuka wawasan baru penonton tentang dunia perkopian Indonesia. Sang Penari (2011) Terinspirasi dari novel karya Ahmad Tohari pada tahun 1982